Pages

Kamis, 24 Desember 2015

Contoh Cerpen Tema Kewirausahaan



“ 1001 Cerita Dibalik Kue Lopis “
 “Apakah hidup itu selalu mujur ? apakah hidup itu bisa seperti burung di angkasa sana ? terbang bebas mengepakan kedua sayapnya tanpa seorangpun mengganggu.
Orang bilang roda akan selalu berputar, yang bawah akan naik keatas dan yang atas akan turun kebawah. Tapi…, apakah benar ? ku kira hanya sebuah bualan belaka. Hanya omong kosong seorang yang tak tahu apa-apa tentang realita.
Aku sudah bosan hidup di dunia ini. Semua munafik dan kejam, dunia ini bagaikan siksa neraka bagiku.
Setiap mata memandang hina diriku, apakah ini takdirku ? aku juga manusia tapi mengapa orang diluar sana anggapku sebaliknya ?

( Jakarta, 1992 ) Namaku Sendi Puspita, aku adalah seorang gadis yang baru berulang tahun ke 16 kemarin. Kata orang hidupku ini sempurna, semua hal di dunia pasti ada pada diriku. Semua orang selalu memperhatikanku, termasuk tetanggaku yang sering menyanjung dan memuji ku dengan cacian dan cercaan mereka.
Aku ini  terlahir dari keluarga yang bahagia dan cukup kaya. Ayahku selalu pergi bekerja dengan giat, sampai 8 tahun ia tak pernah pulang dan memberi kabar, ibuku juga selalu terlihat sangat senang sampai setiap hari dia selalu tersenyum dan tertawa sendiri di dalam kamarnya.
Rumahku sangatlah mewah, atapnya terbuat dari genteng tahun 1944-an  yang berwarna lumut dan bermotifkan lubang-lubang kecil, tembok rumahku juga sangat bagus, penuh retakan dan cat terkelupas yang menambah nilai artristiknya, selain itu yang paling mengesankan adalah lantai rumah beralaskan tanah yang memberikan kehidupan bagi para rayap dan semut. Huh sungguh sangat sempurna. Yah, inilah hidupku yang  nista, penuh dengan cacian dan hinaan dari ribuan orang diluar sana.

Pagi ini aku akan pergi ke sekolah berharap ada sedikit kemujuran disana.  Sebelum berangkat Pagi-pagi sekali aku pergi ke kebun belakang rumah, Kucabut ubi yang ku kira belum ada isinya itu, mungkin hanya sebesar ibu jari. Ku pikir ini cukup untuk mengganjal perut ibu dan aku sehari nanti. Kunyalakan kayu bakar di dalam pawon yang terletak disudut dapur. Beberapa menit dan akhirnya matang juga.
“ Ibu, ini sarapannya ku taruh di depan pintu. Aku berangkat dulu.“, kataku sebelum aku meninggalkan rumah.
Yah, ibuku memang begitu, setiap hari mengurung di kamar. Dia selalu berdiam dan kadang menangis. Aku benar tak ingat sejak kapan ibu seperti itu, mungkin sejak bapak pergi 8 tahun lalu. Huh, ingin benar rasanya aku memberobatkan ibu, tapi… mau bagaimana lagi aku tak punya apapun untuk lakukan itu.
Perjalanan ke sekolah terasa sama getirnya seperti hari-hari sebelumnya dan hari ini mungkin lebih sial dari hari kemarin. Sebenarnya aku tidak berniat ke sekolah, karena aku takut dengan ancaman Pak Setno rabu kemarin.
“ Sendi, sendi kamu itu bocah niat sekolah atau ndak ? uang gedung kok belum lunas setengah tahun ! bukan belum lunas tapi emang belom dibayar ! ”, kata Pak Setno dengan muka yang memerah. “ Maaf pak, saya belum bisa membayar, pakde belum kasih uang “, kataku lirih.
“ Alasan saja kamu ini ya ! sudah pokoknya besok lusa uang gedung harus sudah lunas, kalau tidak kamu tidak usah ikut pembelajaran, sebelum kamu bisa melunasinya !”, bentak Pak Setno saat  itu. Sungguh aku sebenarnya takut datang hari ini, aku takut kalau aku bertemu Pak Setno.
Sampainya di sekolah, benar saja firasatku, Pak Setno sudah beridiri di depan kelasku yang pasti dia sengaja untuk menungguku. Dengan memberanikan diri aku melewati pak setno tanpa menoleh kearahnya, namun tetap saja akhirnya aku harus keluar dari sekolah ini.
Sekarang aku sudah tak sekolah, hidupku bertambah susah sekarang. Hari-hari kuhabiskan dengan mengamen di bawah lampu merah. Yah inilah aku sekarang menjadi seorang musisi kecil jalanan. Aku bernyanyi dan terus bernyanyi sampai aku tak tahu aku bernyanyi apa ? mungkin lagu sedih, atau juga bahagia dalam sedih.
“ Oh, tolonglah aku…. aku hanya rakyat kecil… tak punya gaji, tak punya cita, hidup penuh sengsara… “
“ ini, ini… sana pergi ! “, bentak seorang dalam kaca avanza hitam itu. Dia melemparkan 1000 rupiah di depanku, yang kini uang itu jatuh ke selokan karena baru saja tertiup angin. Sejujurnya aku masih beruntung hari ini karena itu adalah salah satu orang yang lebih baikdari yang lain biasanya, masih mau memberiku uang walau aku harus memungutnya. Kadang ada yang membentak atau memukul kepalaku, entah siapa dia, yang hanya ada tangan keluar dari jendela mobil. Sungguh aku tak bisa berbuat banyak aku hanya pasrah dan hanya bisa bernyanyi dan bernyanyi.
Huft, sungguh lelah seharian bernyanyi manggung  dimana-mana, pindah mobil dikanan kiri. Kadang aku bosan setiap hari seperti ini. Biasanya aku ingin bunuh diri karena tak sanggup, namun juga kadang ada sedikit rasa semangat di hidupku. Huh entahlah…
Setelah  selesai mengamen aku pergi ke pasar. Aku berharap bisa menemukan sisa sayur atau apapu yag tercecer disana.
“Dek, dek… bisa tolong bantu ibu “, tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang menghampiriku yang sedang jongkok di pinggir tong sampah. “ ada apa bu ? “, jawabku lirih sambil berdiri menatap ibu itu. “kamu bisa bantu ibu bawa belanjaan ke mobil ibu ? tangan ibu sakit”. Aku lihat memang tangan ibu itu terlihat membengkak, warnanya agak kemerah-merahan. “ baiklah bu, mana belanjaannya ?”, kataku sembari mengambil belanjaan di tangan ibu itu.
Mobilnya tak jauh dari tempat itu, sekitar 50 meter mungkin. Sekali-kali saat perjalannan ke mobil itu, aku melirik tangan si ibu, dia terlihat sangat kesakitan, mungkin terkilir. Yah aku tahulah sedikit tentang hal seperti itu, setidaknya dulu aku pernah jadi anggota PMR saat SMP.
“Terima kasih ya dek sudah mau membantu ibu ini ibu kasih uang jajan. “, kata ibu itu sambil menyodorkan uang 10 ribu. “ waduh, nggak usah bu… saya nggak minta uang, saya hanya bantu-bantu aja “, kataku menolak. “ udah nggak papa terima aja lah, kamu nggak mau buat ibu kecewa kan ? “. Dengan ragu-ragu kuterima uang itu, walau sebenarnya aku memang benar tidak mengharapkan uang dari ibu itu.
Hari-hari berjalan seperti biasa, ya sama hambarnya tak ada rasa hidup disana. Kini aku sudah mempunyai profesi tambahan yaitu setelah pulang manggung dan cari sisa intan makanan dipasar, kini aku bekerja sebagai seorang binaragawan yang setia menganggkat belanjaan orang. Aku berharap ada sedikit uang yang kuterima dan bisa buat tambahan makan nanti.
“Seorang anak tukang becak di kota pati, jawa tengah akhirnya bisa menenpuh pendidikannya di Amsterdam Belanda karena beasisiwa yang dia peroleh. Selain itu masih banyak pemuda yang sukses, seperti ani sarto yang akhrinya menjadi pedagang pisang ijo terlaris di Indonesia. Itulah lintas pagi ini, salam tv 5.”
Seketika aku terbela-lala melihat sekilas berita yang kulihat di took penjual tv dipojok pasar. Aku merasa… entahlah, aku tak bisa mengatakan apapun. Aku tak sangka mereka bisa seperti itu. Dari yang hanya sama seorang sampah kini menjadi bintang yang paling terang di angkasa yang paling tinggi. “Apakah itu benar ? jadi aku bisa seperti mereka ? “. Tiba-tiba suatu pikiran muncul dalam kepalaku, timbul juga seonggok semangat yang sangat yakin akan usaha mengubah realita hidup yang selama ini aku alami.
“Baiklah aku akan berhasil kali ini ! kalau orang menjahuiku akan ku buat mereka mencari dan membutuhkanku nanti ! “, tak sadar kata-kata itu keluar dari mulutku.
Kini aku bekerja lebih giat, berharap aku bisa mengumpulkan uang untuk suatu hal nanti. “ ini nak , terima kasih ya…  ini uangnya “. “ iya bu sama-sama”. Beberapa lembar rupiahpun sudah aku dapatkan hari ini, aku tak mengerti padahal biasanya aku tak dapat sebanyak ini, ah mungkin karena aku terlalu semangat.
Hari ini aku pulang dengan perasaan yang sangat senang. “ Terima kasih Ya Tuhan !  kau berikan hasil yang banyak hari ini.”, kataku sambil ku hitung uang saat berjalan pulang. “ Woey, sini lu ! sinih uangnya ! “, tiba-tiba uang yang ada ditanganku diambil begitu saja. “ bang jangan bang, itu uang saya “, sahutu keras berusaha merebut uang itu. “ yang bilang uang setan siapa ha ?! udah minggir ! “, bentak laki-laki bertato itu yang langsung pergi. Sungguh aku menangis hebat saat itu, aku tak peduli banyak mata memandangku, aku sangat sedih, frustasi karena uang yang diambil itu. “ Dasar kejam ! gila kau ! “ , teriakku sat itu.
Kini aku pulang dengan tangan hampa. Seharian aku bekerja kini tak sepeserpun ada dikantongku.
SALAH APA AKU YA TUHAN !
“ Ahhh, mamah aku mau beli kue tadi !! yang ijo-ijo itu ! “, tangis seorang anak yang memecahkan lamunanku. “kuenya udah abis nak, ayo kita pulang”, seorang wanita bernbaju merah itu, ku kira itu ibunya. Tak jauh dari sana aku melihat banyak orang yang berkumpul. “Apa itu rame banget ?“. Perlahan aku mendekat ke kerumunan itu.
“Mbah beli lopisnya sepuluh mbah !” “ saya duluan kok mbah, saya Cuma beli lapan mbah”, kata-kata yang sering kudengar disana. Aku melihat seorang wanita tua menjual kue lopis dan itu sangat laris sekali sampai aku tak bisa melihat wajah mbah itu, karea tertutup kerumunan orang disana.
Perjalanan pulang aku sudah tak memikirkan uangku yang hilang tadi, kini yang kupikirkan adalah mbah lopis tadi. “ Aku… aku.. harus berjualan ! “.
Kini aku bekerja lebih keras lagi, kali ini aku akan mengumpulkan uang untuk modal jualan nanti. Kini aku sudah membagi jam kerjaku. Pagi hari aku menjadi tukang angkut dipasar, siangnya aku ngamen dijalan, dan sorenya aku mencari sisa makanan di pasar. Wah sungguh hebat, dalam waktu sebulan aku sudah dapat 300 ribu.
“koh beli beras ketan sama garem “, katakau di sebuah toko  dipasar. “Punya duit nggak ! “ kata laki-laki berkacamata itu padaku. “ ini koh “, jawabku sambil memberikannya kepada penjual itu.
Hari ini aku tak pergi jadi kuli angkut, karena aku akan membuat lopisku. Yah walaupun aku putus sekolah, tapi setidaknya dulu pernah aku belajar membuat lopis dulu saat pelajaran prakarya mungkin.
Subuh-subuh aku sudah berangkat dari rumah, kini aku tak berangkat ngamen, hari ini aku akan mulai jualan. “ bu, sendi berangkat dulu ya, doain biar lopisnya abis ya, assalamuallaikum “, pamitku di depan pintu kamar ibu.
Sampai dipasar aku tempatkan meja kecil yang kubawa dari rumah di pojok belakang para pedagang diluar. “beli lopisnya buk… enak lo “, “ mas lopisnya mas !” kataku seharian ini namun belum ada yang menyentuh lopisku.
Dan akhirnya aku pulang dengan tangan hampa, lopisku tak laku satu pun. “Apakah emang susah gini ya jualan itu “ , kataku sambil menggendong lopisku pulang.
Sampai diruma,  lopis itulah yang aku makan bersama ibu. Huh, kenyang memang tapi tetap saja aku sedih karena lopisku tak ada yang laku.
Setiap hari aku tetap jualan lopis di pasar, walau ta ada yang beli satupun. Aku sangat sedih dan putus asa kali ini, sudah hampir 1 bulan aku memakan lopisku untuk makan dirumah.
Sampai di suatu siang, “dek beli lopis “, sebuah kalimat indah yang lama kunanti akhhirnya muncul. “ oh iya buk, mau beli berapa ? “ , kataku dengan tersenyum. “2000 aja dek “, katanya sambil memberiku uang. “ ini bu lopisnya, terima kasih ya “.  Akhirnya setelah sekian lama, ada yang beli lopisku walau seorang.
Esoknya aku tetap jualan dipasar, dengan doa dan tekad aku semangat untuk ualan hari ini, walau aku tahu ini mungkin jualanku yang terakhir karena modal untuk jualan sudah habis. Namun hari ini aku medapat durian runtuh dari Tuhan, yang benar saja ibu kemarin datang lagi kepadaku.
“ Dek saya beli semua ya lopisnya “, kata ibu itu dengan memberiku uang 50 ribu.
“ Hah, semua buk ? “,seruku tak percaya.
“ Iya, mau buat kondangan nanti jam 9, lopismu enak kok dek “.
Akhhirnya keajaiban benar-benar datang kepadaku. “ Terima kasih Ya Tuhan, terima kasih ! “, kataku sambil sujud disamping meja dagangku.
“besok aku akan jualan lagi ! “, seruku sambil pergi ketoko membawa uang ibu tadi
“ Bu sendi pamit, ! “. Seperti biasanya aku berangkat ke pasar untuk jualan. Kali ini aku sangat bersemangat, tak pernah dalam hidupku hatiku serasa berapi-api seperti ini.
“ Dek saya beli lopisnya”, kata seorang mendekat.
“ saya juga beli dek ! “, seru seorang lagi.
Tak terasa sebulan sudah berlalu, dan tak kusangka lopisku kini sudah ramai sekali bahkan sama ramainya dengan milik mbah lopis dulu.
TERIMA KASIH TUHAN YESUS
Setahun sudah berlalu, dan aku sudah mempunyai sebuah warung kecil dipasar. Kini aku juga sudah tak pernah mengamen atau memunguti sisa makanan lagi. Aku tak pernah makan ubi lagi, sekarang aku dan ibu sudah bisa makan nasi sama ayam walaupun tak setiap hari.
Dan tak terasa 5 tahun berlalu dan aku sudah menjadi orang. Aku sudah menjadi salah satu bintang yang paling terang di angkasa. Lopisku sangat disukai banyak orang dan kini aku sudah punya banyak  restoran lopis di sebagian besar daerah di Indonesia. Sekarang aku sudah bisa beli rumah dan ibu juga sudah sembuh. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas nikmat dan rejeki yang dilimpahkan padaku. Sungguh kesabaran dan semangat memang modal utama sukses.


Frasa dan Contohnya



Frasa
A.   Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan yang terdiri dari 2 kata atau lebih yang menduduki 1 fungsi kalimat.
Contoh : Rumah sakit, Kerja keras, sangat baik, mahal sekali, 2 anak.
B.   Bentuk Frasa :
    1.      Frasa Adverbia : Frasa yang berisi tentang keterangan.
Contoh :
-          Bulan depan saya akan pergi Tamasya.
-          Dia pergi ke pemandian air panas.
    2.      Frasa Nomina : Frasa yang berisi tentang kata benda.
Contoh :
-          Rumah besar itu telah terjual.
-          Nida sedang membeli buku tulis di toko buku.
   3.      Frasa Verba : Frasa yang berisi kata kerja.
Contoh :
-          Aku sedang membaca buku.
-          Aku telah mengerjakan tugas IPS.
( Sebelum predikat ada kata telah, sudah, sedang, akan )
   4.      Frasa Proposisional : Frasa yang terdiri dari kata depan dan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh :
-          Ajid makan nasi di kamar mandi .
( Ada kata di, ke dari ; hanya untuk tempat )
   5.      Frasa Numerelia : Frasa yang berisi tentang bilangan.
Contoh :
-          Mereka memotong dua puluh ekor sapi.
( Hanya untuk kata benda )
   6.      Frasa Adjektiva : Frasa yang berisi kata sifat.
Contoh :                                                          
-          Rina agak bingung dalam memilih baju.

A.   Kalimat Simpleks
Kalimat Simpleks adalah kalimat sederhana yang terdiri dari subjek dan predikat atau memiliki 1 predikat.
Contoh :
1.    Amber   melihat   ayam.
  S           P         O
2.    Krystal   mencuci   piring.
  S           P           O
3.    Kakek   meminum   segelas kopi   tadi malam.
S            P                      O         K. Waktu

B.   Kalimat Kompleks
Adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih dengan 2 verba atau lebih. ( Bisa disebut kalimat majemuk )
Contoh :
1.    Ibu     membeli     bayam       lalu         memasaknya     menjadi     sayur bening.
S            P            O          konjungsi         P                                           O

2.    Rudi     mencuci    mobil     kemarin      dan              ia      memakai    mobil itu      hari ini.
S            P            O          K. Waktu     konjungsi     S                P            O             K.Waktu