Pages

Sabtu, 04 Februari 2017

Teks Ulasan Drama Film Pendek Indonesia Masih Subuh



Kelas   : XI MIPA 7
Nama   : 1. Anna Akhoiru KF
2. Ilalang Akar Pertiwi
3. Larasimantika ER
4. Rizmy Dwinia M


Dongeng Palsu di Balik Tanah Surga

No.
Struktur Teks
Isi
1.
Orientasi
   Indonesia Masih Subuh adalah sebuah tontonan yang termasuk dalam kategori short film (film pendek). Film yang diproduseri oleh Fauzan Hazabi ini menawarkan sebuah kisah inspiratif tentang rasa cinta seorang anak penyemir sepatu terhadap tanah air Indonesia.
2.
Tafsiran Isi
Film Indonesia Masih Subuh  diawali dengan kisah kehidupan seorang bocah yang bekerja sebagai tukang semir sepatu. Dia berasal dari strata sosial yang rendah, hal itulah yang membuatnya tidak bersekolah karena tidak adanya biaya. Kehidupan Sang bocah ini memberikan gambaran jelas tentang kehidupan pinggiran kota yang penuh dengan kemiskinan. Rumah yang sederhana serta pakaian yang ala kadarnya menambah bukti nyata tentang kerasnya kehidupan di kota. Namun, dibalik kesusahan dan kekurangan, Si bocah masih menyimpan sebuah harapan yang sangat berharga. Bukan untuk dirinya saja namun untuk negeri dimana tempatnya hidup dan itulah Indonesia. Hal seperti ini yang disuguhkan sutradara pada awal cerita, dimana pada awal sudah dicerminkan nilai moral yang cukup menyentuh.
Sikap nasionalisme yang tinggi diperlihatkan saat kesengajaannya berhenti untuk menghormati bendera Sang Merah Putih di suatu Sekolah Dasar. Dimana meskipun ia tidak bersekolah, ia tidak pernah absen dalam mengikuti upacara bendera. Ia tak pernah kecil hati walaupun ia mengikuti upacara di luar pagar sekolah tersebut. Pada adegan ini sutradara memang jelas ingin membuktikan bahwa film Indonesia Masih Subuh memberikan inspirasi dan rasa cinta tanah air bagi setiap penonton. Nilai kebangsaan juga diperkuat dengan sikap hikmat sang anak saat hormat kepada bendera Sang Merah Putih yang berkibar.
   Saat tengah durasi, sutradara berusaha membawa penonton pada kondisi Indonesia pada zaman sekarang, yaitu banyaknya kasus korupsi dan suap yang diperlihatkan pada dialog tokoh saat Sang anak menyemir sepatu pelanggannya. Ditambah dengan diperlihatkannya Bendera Merah Putih yang sudah usang dan robek menambah bukti nyata lunturnya nilai kebangsaan dan nasionalisme yang ada.
   Namun, ditengah problematika rasa nasionalisme Indonesia, dalam film ini ditampilkan sifat pahlawan yang muncul yaitu pada Sang anak penyemir sepatu. Dimana ia berusaha keras untuk mengembalikan keagungan Sang Merah Putih seperti era Presiden Soekarno. Anak ini digambarkan memiliki sifat tegar dan memiliki sifat nasionalsime tinggi sehingga hal ini memberikan solusi bagi masalah yang digeluti Indonesia sekarang. Ia berusaha mengumpulkan uang untuk membeli bendera baru dan menggantikan bendera yang telah robek di sekolah yang sering ia lewati itu.        
   Walaupun hidup serba susah dan kekurangan namun itu tidak menghalanginya untuk memperbaiki Bendera Merah Putih yang telah sobek itu. Ia berusaha keras mencari uang, bahkan ia rela membongkar tabungan kecilnya untuk membeli bendera baru.  Rasa rela berkorban sangat diperlihatkan jelas pada adegan ini, apalagi uang tabungan yang diambilnya adalah bekal untuk mendapatkan impian yang selalu ia dambakan yaitu bersekolah.
   Setiap adegan pada film ini selalu disisipi dengan nilai moral. Seperti saat Si bocah berhasil membeli Bendera Merah Putih, dan dengan gembiranya ia memasangkan Sang Merah Putih di tiang bendera sekolah yang sering ia lewati itu. Walaupun sempat terjatuh saat menaiki pagar sekolah yang terkunci, hal itu tidak menghalanginya untuk membawa Bendera Merah Putih untuk ditempatkan kembali di singgasananya. Hal inilah sikap yang selalu didambakan Ibu Pertiwi bagi setiap insan Indonesia yang dituangkan sutradara pada setiap inci adegan.
   Pada akhir cerita penonton diperlihatkan kisah yang sangat tragis dan menyedihkan, dimana keagungan Sang Saka Merah Putih yang sudah berdiri kokoh di singgasananya, seketika hancur dan hilang dilenyapkan oleh darah Indonesia sendiri. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan kejinya mengotori, membakar dan menginjak Sang Saka Merah Putih dengan secangkir kopi, panasnya abu rokok dan kaki-kaki mereka yang kotor. Sungguh sangat terlukanya hati sang anak saat melihat Bendera Merah Putih yang baru dibelinya tergeletak hina ditempat sampah. Bendera yang diperoleh dari pengorbanan jiwa dan raga para pejuang kini berakhir di sebuah tempat nista yang kotor.
3.
Evaluasi
  Sebagian penonton yang menyaksikan film Indonesia Masih Subuh mungkin merasa kurang paham dengan jalan cerita, karena pada awal film tidak diberikan prolog sebagai pengantar awal cerita. Beberapa tokoh utama dan tokoh figuran kurang menjiwai peran dan adegan dalam film ini. Ada juga pemeran yang ekspresinya tidak mendukung keadaan dalam cerita.
  Keindahan film ini tersaji dalam alur yang menarik dengan makna yang tersirat begitu dalam. Tentang besarnya rasa nasionalisme seorang anak yang tak berpendidikan formal, namun raca cintanya terhadap tanah air Indonesia tak terkira.
  Keindahan juga tampak pada latar-latar cantik yang sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam film layaknya kejadian sesungguhnya. Sudut kota yang menjadi latar utama film ini terlihat lebih menarik dari yang dapat dibayangkan penonton. Dukungan dari latar film ini dapat menyatu dengan suasana sedih, galau, bimbang, dan ceria.
  Namun, kekurangan terlihat pada pengambilan gambar yang kurang fokus dan tidak tepat sasaran sehingga membuat penonton merasa tidak nyaman. Ada pula pengambilan gambar yang kurang sesuai dengan latar film ini, misalnya pada gambar semut-semut di pohon yang sangat menunjukkan ketidaksesuaian sudut kota yang menjadi latar utama pengambilan gambar pada film ini. Hasil editing film Indonesia Masih Subuh juga masih kasar dan kurang tepat dalam pemotongan adegan dari para pemeran.
4.
Kesimpulan
  Terlepas dari kekurangan tersebut, film pendek yang penuh makna ini dapat menjadi tontonan yang bermutu sekaligus tuntunan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk lebih menghargai dan menghormati negaranya sendiri. Indonesia Masih Subuh merupakan salah satu contoh dongeng palsu yang diceritakan orang-orang bahwa Indonesia adalah tanah surga dengan keindahan dan keanekaragamannya, yang begitu dipuja dan dibangga-banaggakan oleh rakyatnya, ternyata hanyalah isapan jempol semata, karena rakyatnya dangkal akan semangat nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, film ini diharap mampu menumbuhkan kesadaran setiap orang akan pentingnya rasa cinta, rasa peduli, serta semangat nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar