Kelas : XI MIPA
7
Nama : 1. Anna
Akhoiru KF
2. Ilalang Akar Pertiwi
3. Larasimantika ER
4. Rizmy Dwinia M
Dongeng
Palsu di Balik Tanah Surga
No.
|
Struktur Teks
|
Isi
|
1.
|
Orientasi
|
Indonesia Masih Subuh adalah sebuah tontonan yang termasuk dalam
kategori short film (film pendek). Film yang diproduseri oleh Fauzan
Hazabi ini menawarkan sebuah kisah inspiratif tentang rasa cinta seorang
anak penyemir sepatu terhadap tanah air Indonesia.
|
2.
|
Tafsiran Isi
|
Film Indonesia Masih
Subuh diawali dengan kisah kehidupan seorang bocah yang bekerja sebagai tukang semir
sepatu. Dia berasal dari strata sosial yang rendah, hal itulah
yang membuatnya tidak
bersekolah karena tidak adanya biaya. Kehidupan Sang bocah
ini memberikan gambaran
jelas tentang kehidupan pinggiran kota yang penuh dengan kemiskinan. Rumah
yang sederhana serta pakaian yang ala kadarnya menambah bukti nyata tentang
kerasnya kehidupan di kota. Namun, dibalik kesusahan dan kekurangan, Si bocah
masih menyimpan sebuah harapan yang sangat berharga. Bukan untuk dirinya saja
namun untuk negeri dimana tempatnya hidup dan itulah Indonesia. Hal seperti
ini yang disuguhkan sutradara pada awal cerita, dimana pada awal sudah
dicerminkan nilai moral yang cukup menyentuh.
Sikap nasionalisme
yang tinggi diperlihatkan saat kesengajaannya berhenti untuk menghormati bendera Sang Merah Putih
di suatu Sekolah Dasar. Dimana meskipun ia tidak bersekolah, ia tidak
pernah absen dalam mengikuti upacara bendera. Ia tak pernah kecil hati
walaupun ia mengikuti upacara di luar pagar sekolah tersebut. Pada adegan ini sutradara memang jelas ingin
membuktikan bahwa film Indonesia Masih Subuh memberikan inspirasi dan rasa cinta
tanah air bagi setiap
penonton. Nilai kebangsaan juga diperkuat dengan sikap hikmat sang anak saat
hormat kepada bendera Sang Merah Putih yang berkibar.
Saat tengah durasi, sutradara berusaha membawa penonton pada kondisi
Indonesia pada zaman sekarang, yaitu banyaknya kasus korupsi dan suap yang diperlihatkan
pada dialog tokoh saat Sang anak menyemir sepatu pelanggannya. Ditambah dengan diperlihatkannya Bendera Merah Putih yang sudah
usang dan robek menambah bukti nyata lunturnya nilai kebangsaan dan
nasionalisme yang ada.
Namun, ditengah problematika rasa nasionalisme Indonesia, dalam film
ini ditampilkan sifat pahlawan yang muncul yaitu pada Sang anak penyemir
sepatu. Dimana ia berusaha keras untuk mengembalikan keagungan Sang Merah
Putih seperti era Presiden Soekarno. Anak ini digambarkan memiliki sifat
tegar dan memiliki sifat nasionalsime tinggi sehingga hal ini memberikan
solusi bagi masalah yang digeluti Indonesia sekarang. Ia berusaha
mengumpulkan uang untuk membeli bendera baru dan menggantikan bendera yang
telah robek di sekolah yang sering ia lewati itu.
Walaupun hidup serba susah dan kekurangan
namun itu tidak menghalanginya untuk memperbaiki Bendera Merah Putih yang
telah sobek itu. Ia berusaha keras mencari uang, bahkan ia rela membongkar
tabungan kecilnya untuk membeli bendera baru.
Rasa rela berkorban sangat diperlihatkan jelas pada adegan ini, apalagi
uang tabungan yang diambilnya adalah bekal untuk mendapatkan impian yang
selalu ia dambakan yaitu bersekolah.
Setiap adegan pada film ini selalu disisipi
dengan nilai moral. Seperti saat Si bocah berhasil membeli Bendera Merah
Putih, dan dengan gembiranya ia memasangkan Sang Merah Putih di tiang bendera
sekolah yang sering ia lewati itu. Walaupun sempat terjatuh saat menaiki
pagar sekolah yang terkunci, hal itu tidak menghalanginya untuk membawa
Bendera Merah Putih untuk ditempatkan kembali di singgasananya. Hal inilah
sikap yang selalu didambakan Ibu Pertiwi bagi setiap insan Indonesia yang
dituangkan sutradara pada setiap inci adegan.
Pada akhir cerita penonton diperlihatkan
kisah yang sangat tragis dan menyedihkan, dimana keagungan Sang Saka Merah Putih
yang sudah berdiri kokoh di singgasananya, seketika hancur dan hilang
dilenyapkan oleh darah Indonesia sendiri. Orang-orang yang tidak bertanggung
jawab dengan kejinya mengotori, membakar dan menginjak Sang Saka Merah Putih
dengan secangkir kopi, panasnya abu rokok dan kaki-kaki mereka yang kotor.
Sungguh sangat terlukanya hati sang anak saat melihat Bendera Merah Putih
yang baru dibelinya tergeletak hina ditempat sampah. Bendera yang diperoleh
dari pengorbanan jiwa dan raga para pejuang kini berakhir di sebuah tempat
nista yang kotor.
|
3.
|
Evaluasi
|
Sebagian penonton yang menyaksikan film Indonesia Masih Subuh mungkin
merasa kurang paham dengan jalan cerita, karena pada awal film tidak
diberikan prolog sebagai pengantar awal cerita. Beberapa tokoh utama dan
tokoh figuran kurang menjiwai peran dan adegan dalam film ini. Ada juga
pemeran yang ekspresinya tidak mendukung keadaan dalam cerita.
Keindahan film ini tersaji dalam alur yang menarik dengan makna yang
tersirat begitu dalam. Tentang besarnya rasa nasionalisme seorang anak yang
tak berpendidikan formal, namun raca cintanya terhadap tanah air Indonesia
tak terkira.
Keindahan juga tampak pada latar-latar cantik yang sesuai dengan
keadaan yang terjadi dalam film layaknya kejadian sesungguhnya. Sudut kota
yang menjadi latar utama film ini terlihat lebih menarik dari yang dapat
dibayangkan penonton. Dukungan dari latar film ini dapat menyatu dengan
suasana sedih, galau, bimbang, dan ceria.
Namun, kekurangan terlihat pada pengambilan gambar yang kurang fokus
dan tidak tepat sasaran sehingga membuat penonton merasa tidak nyaman. Ada
pula pengambilan gambar yang kurang sesuai dengan latar film ini, misalnya
pada gambar semut-semut di pohon yang sangat menunjukkan ketidaksesuaian
sudut kota yang menjadi latar utama pengambilan gambar pada film ini. Hasil editing
film Indonesia Masih Subuh juga masih kasar dan kurang tepat dalam pemotongan
adegan dari para pemeran.
|
4.
|
Kesimpulan
|
Terlepas dari kekurangan tersebut, film pendek yang penuh makna ini dapat menjadi tontonan yang bermutu
sekaligus tuntunan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk lebih menghargai dan
menghormati negaranya sendiri. Indonesia Masih Subuh merupakan salah satu
contoh dongeng palsu yang diceritakan orang-orang bahwa Indonesia adalah tanah
surga dengan keindahan dan keanekaragamannya, yang begitu dipuja dan
dibangga-banaggakan oleh rakyatnya, ternyata hanyalah isapan jempol semata, karena
rakyatnya dangkal akan semangat nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Oleh
karena itu, film ini diharap mampu menumbuhkan kesadaran setiap orang akan
pentingnya rasa cinta, rasa peduli, serta semangat nasionalisme yang tinggi
terhadap tanah air Indonesia.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar