Pages

Jumat, 07 Mei 2021

MANAJEMEN PIUTANG

 

Manajemen Piutang

A.      Pengertian Piutang       

       Piutang (account receivable) adalah hak tagihan kepada pihak lain, sebagai akibat adanya kebijakan penjualan barang dan jasa secara kredit yang ditempuh oleh perusahaan. Kebijaksanaan penjualan kredit dilakukan untuk  meningkatkan volume penjualan.

       Di dalam penjualan kredit terdapat beberapa hal yang menjadi sangat berguna bagi manajer keuangan, seperti manipulasi jangka waktu kredit, potongan tunai (Cash discount), pembelanjaan dalam pengumpulan piutang, Plafond kredit, dan kriteria pemilihan langganan yang layak membeli secara kredit. Seperti halnya meningkatkan jangka waktu kredit dapat lebih meningkatkan permintaan produk, tetapi sekaligus juga cenderung meningkatkan risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada langganan. Atau meningkatkan Cash discount akan cenderung menurunkan risiko kredit.

       Syarat pembayaran memiliki sifat alamiah terhadap cash discount (jumlah dan waktu), lamanya periode kredit dan batas jumlah pembelian kredit. Adapun hubungan hipotesis antara biaya-biaya dan pendapatan ditunjukkan pada Gambar 1, sebagai berikut :

 

Gambar 1 : Hubungan Hipotesis Pendapatan dan Biaya

       Cash discount merupakan stimulan terhadap munculnya pembayaran yang cepat dan cenderung untuk mengurangi kemangkiran dan kerugian piutang tak tertagih (bad debts) dan mengurangi biaya pengumpulan piutang.

Hubungan timbal balik antara peningkatan persentase cash discount ditampilkan pada Gambar 2, berikut :

Gambar 2 : Hubungan Timbal Balik Peningkatan Persentase Cash Discount

 

B.       Pengumpulan Piutang

       Setelah berlakunya investasi dalam piutang atau penjualan kredit, maka  perlu adanya fungsi pengumpulan piutang yang dilakukan oleh bagian penagihan.

       Kegiatan pengumpulan piutang/penagihan harus dilakukan secara ketat karena akan memberikan dampak pada menurunnya investasi pada piutang serta mengurangi terjadinya bad debt (piutang tak tertagih).   

       Namun sebaliknya, kegiatan pengumpulan kredit yang longgar juga dapat menyebabkan risiko bad debt serta hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan kas.


C.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

       Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya piutang, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1.        Volume penjualan kredit

Semakin besar volume penjualan kredit, maka perusahaan perlu menyediakan investasi yang lebih besar dalam elemen piutang. Jadi terjadi trade-off antara risiko piutang dengan profitabilitas.

2.        Persyaratan penjualan kredit

Syarat pembayaran dari penjualan kredit dapat bersifat ketat, atau lunak. Jika persyaratan pembayaran dari penjualan kredit yang ditetapkan oleh suatu perusahaan ketat, berarti perusahaan tersebut lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada tingkat profitabilitas. Sebaliknya jika syarat pembayaran dari penjualan kredit yang ditetapkan adalah lunak, berarti perusahaan tersebut lebih mementingkan tingkat profitabilitas dibanding keselamatan kredit.  Persyaratan ketat dapat saja dilakukan dengan cara jangka waktu pembayaran reltif pendek, pembebanan bunga jika pembayaran piutang terlambat. Syarat pembayaran penjualan kredit pada umumnya dikenal dengan istilah 5/10 Net 30. Hal ini berarti bahwa, jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 1 sampai 10, maka pembelian tersebut dianggap sebagai pembelian tunai, sehingga pembeli akan mendapatkan potongan penjualan tunai (cash discount) sebesar 5% dan penjualan kredit selambat-lambatnya 30 hari.

3.        Plafon kredit

Plafon kredit adalah ketentuan batas maksimm dari penjualan kredit. Semakin tinggi plafon kredit, maka investasi pada piutang juga semakin besdar. Sebaliknya makin kecil plafon kredit, maka investasi pada piutang juga akan makin kecil.

4.        Kebijakan Pengumpulan Piutang

Jika perusahaan aktif dalam mengumpulkan piutang, maka dibutuhkan biaya lebih besar untuk membiayai kegiatan tersebut, akan tetapi risiko timbulnya bad debts (Penghapusan piutang) makin kecil, dan sebaliknya.

5.        Kebiasaan Membayar Pelanggan

Biasanya ada pelanggan yang senang menggunakan fasilitas cash discount yang disediakan oleh perusahaan, akan tetapi ada pula pelanggan yang lebih cenderung menggunakan fasilitas batas jangka waktu penjualan kredit yang diberikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu mengidentifikasi kecenderungan kebiasan

membayar dari para pelanggannya.


D.      Penentuan Standar dan Kebijakan Kredit

1.        Standar Kredit

       Standar kredit merupakan kriteria penentuan pelanggan manakah yang diperkenankan membeli dengan kredit dan yang tidak boleh. Kriteria yang digunakan untuk menentukan pelanggan yang dapat membeli secara kredit (The Five Cs) adalah sebagai berikut :

  1. Character (Karakter), yaitu pelanggan yang memiliki tanggung jawab moral, jujur, dan tulus hati.
  2. Capacity (Kapasitas), yaitu kemampuan pelanggan untuk membayar hutang secara tepat waktu, sesuai yang telah ditentukan oleh perusahaan.
  3. Capital (Modal), yaitu jumlah aktiva yang dimiliki pelanggan yang digunakan dalam operasi perusahaannya.
  4. Collateral (Agunan), yaitu jaminan atau borg yang diberikan pelanggan penerima kredit, sehubungan dengan pinjamannya.
  5. Condition od ecoconmic (situasi ekonomi), yaitu kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan membayar dari pelanggan yang membeli dengan kredit.

 

2.        Kebijakan Kredit

       Dalam penentuan kebijakan kredit, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengaruh kebijakan kredit tersebut terhadap perubahan volume penjualan dan harga pokok yang mempengaruhi laba perusahaan.


E.        Laba Atas Penjualan Kredit

          Adapun formula yang digunakan untuk menghitung laba atas kebijakan penjualan kredit adalah sebagai berikut:

Persamaan Laba (L) = Pn – (HP)n – BP 

Keterangan :

P       : Harga jual perunit

HP    : Harga Pokok penjualan

BP     : Biaya Piutang

n        : Jumlah barang yang dijual

Biaya Piutang (BP) dapat ditentukan dengan menggunakan formula perhitungan berikut:

BP = BM + BPPt 

Keterangan:

BM      : Biaya Modal

BPPt    : Biaya Pengumpulan Piutang Total

Sedangkan Biaya Modal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

BM = r (HP)n 

Keterangan :

R         : Tingkat bunga (opportunity cost)

Biaya Pengumpulan Piutang Total (BPPt) dihitung menggunakan formula sebagai berikut:


BPPt = (BPP)n

Keterangan :

BPP     : Biaya Pengumpulan Piutang

 

Contoh soal:

       Perusahaan XYX sedang mempertimbangkan salah satu dari 3 macam persyaratan penjualan kredit sebagai berikut;

a.         Tunai, Apabila penjualan dilakukan dengan tunai, maka volume penjualannya ditaksir sebesar 2.500 unit

b.        Net 30, Jika perusahaan menggunakan persyaratam ini, maka penjualan ditaksir sebesar 2.750 unit.

c.         8/10 Net 30, Jika perusahaan menggunakan persyaratan ini, maka semua pelanggan akan memanfaatkan cash discount (membayar 1 sampai dengan 10 hari) dan volume penjualan ditaksir sebsanyak 2.600 unit.

       Harga jual per unit adalah sebesar Rp 1.000,-, Harga Pokok Penjualan per unit sebesar Rp 500,-, Opportunity cost (r) adalah sebesar 20% pertahun dan Biaya Pengumpulan Piutang Rp 25,- tentukanlah kebijakan kredit yang dapat menghasilkan keuntungan yang tertinggi.

 

Jawab:

1.   


 

 L  = Pn – (HP)n – BP 
Penjualan Tunai

 

       = (1000) (2.500) – (500)(2.500) – 0

       = 2.500.000 – 1.250.000

       = Rp 1.250.000,-

2.   

BP = BM + BPPt

 

 
Penjualan dengan persyaratan Net 30,

 

       = r (HP)n + BPPn

       = (0,20 x 30/360)(500)(2.750) + (25)(2.750)

       = 7.638,8 + 68.750

= Rp 76.388,8,-

L  = Pn – (HP)n – BP

 

 
Laba yang dapat diperoleh sebagai berikut:

 

       = (1.000)(2.750) – (500)(2.750) – 76.388,8

       = 2.750.000 – 1.375.000 – 76.388,8

       = Rp 1.298.611,2

3.   

BP = BM + BPPt

 
Penjualan dengan persyaratan 8/10 Net 30

 

       = r (HP)n + BPPn

       = (0,20 x 30/360)(500)(2.600) + (25)(2.600)

       = (0,016667)(1.300.000) + 65.000

       = 21.667,1 + 65.000

       = 86.667,1

L = Pn – (HP)n – BP

 

 
Laba yang dapat diperoleh sebagai berikut:

 

       = (1.000)(2.600) – (500)(2.600) – 86.667,1

       = 2.600.000 – 1.300.000 – 86.667,1

       = Rp 1.213.332,9

 

Sumber :

Syarifudin,Dedy Takdir.2008.Manajemen Keuangan(Teori dan Aplikasi).Sulawesi Tenggara: Unhalu Press

 
       Berdasarkan perhitungan dari ketiga persyaratan penjualan di atas, maka persyaratan yang pertaman yang paling menguntungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar