Pages

Jumat, 03 Juli 2015

Contoh Diary

Contoh Diary

Sahabat Kecilku




Juni 6, 2009

Ini adalah sebuah hari dimana aku mengalami peristiwa yang tak akan pernah aku lupakan. Ya benar saja, hari ini penuh dengan hal dan kejadian kejadian yang unik. Dari hal yang paling menyenangkan sampai hal yang menyedihkan juga ada.
Ini bermula dari Sabtu pagi tadi. Aku mewakili sekolahku untuk mengikuti sebuah kompetisi. YA ini adalah Kompetisi seni lukis. Semalaman aku tidak bisa tidur karena menunggunya. Aku sudah menantikan waktu ini sangat lama. Aku senang, tapi juga sedikit tegang karena ini adalah kompetisi pertamaku.
Aku berangkat dari sekolah menuju tempat perlombaan pukul 07.00 pagi. Sebelum berangkat, tidak lupa aku berpamitan kepada kepala sekolahku dan juga teman-teman kelasku. Semua temanku sangat berharap kalau aku dapat memenangkan perlombaan, khususnya teman terbaiku “ Sela “ . Sebelum aku berangkat dia sempat berkata padaku, “ Yas, aku akan mendoakan kamu agar kamu menang dalam perlombaan itu, semoga berhasil ya “. Aku pun menjawab, “ terima kasih sel, kau adalah teman terbaik ku “. Setelah berpamitan dan semua persiapan selesai, aku pun berangkat menuju tempat perlombaan.
Aku sampai ditempat pelombaan pukul 07.30. Setelah sampai disana, aku langsung mengambil nomor peserta lomba dan pergi mencari tempat duduk.
Akhirnya jam menunjukan pukul 08.00 dan itu artinya perlombaan sudah dimulai. Panitia memberikan pesera lomba waktu 3 jam untuk menggambar. Saat bel dibunyikan aku langsung menggerakan tanganku untuk menggambar. Aku menggambar dengan sangat serius dan teliti. Aku berusaha melakukan hal yang terbaik yang bisa aku lakukan. Aku sangat berharap sekali kalau aku menang dalam pelombaan kali ini. Aku sudah berlatih dengan keras setiap hari, jadi kalau aku sampai kalah itu adalah hal yang sangat memalukan bagiku.
Waktu sudah menunjukan pukul 10.45, itu artinya waktu untuk perlombaan akan segera selesai. Keringatku bercucuran dengan deras saat itu, pikiranku juga sangat tak karuan, tanganku juga sudah mulai lelah karena terus mewaranai. Aku sangat bingung dan khawatir kalau aku tidak dapat menyelesaikan gambarku tepat waktu, “ Oh tuhan bantulah aku yang sedang kesusahan ini, berikanlah aku keberuntungan-Mu “. Hanya kata - kata itu yang dapat terucap saat itu.
Dan benar saja dugaanku, gambarku tidak selesai tepat waktu. Aku sangat bingung, sedih, dan juga sangat frustasi. Mataku sudah berkaca kaca dan ingin menangis karena gambarku yang tak selesai. Namun alangkah senangnya hatiku. Terimah kasih Tuhan, ternyata panitia yang mengadakan lomba masih memberiku belas kasihan. Ya, yang benar saja, panitia itu memberikan aku waktu tambahan untuk menyelesaikan gambarku.
Setelah selesai dengan semuanya, aku keluar ruangan dan menunggu hasil dari perlombaan. Selama menunggu aku sangat tegang dan juga khawatir. Aku sangat pesimis kalau aku dapat memenangkan perlombaan itu. Karena aku tak yakin gambarku dapat mengalahkan gambar peserta lain yang menurutku jau lebih baik dan indah.
Akhirnya jam menunjukan pukul 01.00 dan itu artinya pemenang perlombaan akan segera diumumkan, hatiku sangat khawatir dan tak karuan rasanya. Keringat deras mengalir membasahi bajuku, Aku sangat tegang dan khawatir, kepalaku rasanya serasa ingin meledak memikirkan bagaimana hasil yang kudapatkan. Perutku juga sakit karena tegang saat itu. Tiba-tiba saja, Aku terkejut, aku mendengar namaku dipanggil pada peringkat juara kedua. Aku sangat tak percaya mendengar hal itu. Hati yang tadinya galau dan penuh dengan kepesimisan kini penuh dengan kegembiraan yang tak bisa aku ungkakan dengan kata-kata apapun.
Aku sangat senang atas peringkat yang kudapatkan, walau tidak sempurna seperti yang aku harapkan sebelumnya yaitu menjadi peringkat satu. Aku tetap bangga pada hasilku karena minimal  usaha dan kerja keras yang aku lakukan selama ini tidak sia-sia, Terima kasih Tuhan, atas semua yang kau berikan padaku, Aku sangat bersyukur padamu. Saat lomba selanjutnya aku akan berusaha dengan keras dan akan lakukan lebih baik daripada ini.
Setelah pengucapan selamat dan penyerahan piala, perlombaan pun resmi ditutup itu artinya aku dapat kembali pulang ke rumah. Aku sangat tidak sabar memberi tahu kabar gembira ini kepada orang tuaku, khusunya kepada ibuku.
Disepanjang perjalanan pulang, di dalam mobil aku selalu tersenyum sendiri, aku sangat bahagia,dan itu tak bisa aku lukiskan dengan apapun.
Sesampainnya di sekolah aku segera berjalan menuju tempat parkir, aku akan mengambil sepedaku terlebih dahulu sebelum aku kembali kerumah. Dengan berjalan sambil melompat senang aku menuju tempat parkir. Sesampainya disana, betapa terkejutnya aku, aku tidak menemukan sepedaku disana. Ya benar, sepedaku telah hilang, aku sangat bingung, sedih dan juga khawatir. Aku sudah mencari sepedaku ke semua tempat yang ada di sekolah, tapi tetap sama saja, aku tidak menemukan sepedaku. Saat itu memang semua orang sudah pulang, karena jam sekolah juga sudah selesai, lalu bagaimana dengan nasib sepedaku ? kemana sepedaku ? apakah dicuri ? atau bagaimana ?
Akhirnya aku pulang dengan berjalan kaki, sambil membawa piala dan menggendong tas, aku menangis di sepanjang jalan. Banyak orang yang melihat kearahku dengan heran  dan juga banyak orang yang bertanya kepadaku,  kenapa aku menangis. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku, Aku tidak memperdulikan mereka sedikitpun. Hanya menangis dan menangis lagi yang bisa aku lakukan saat itu . Aku hanya memikirkan satu hal ,
“ dimana sepedaku ? ” 
OH SEPEDA DIMANA KAU ? “
Sesampainya di rumah, aku menangis sangat kencang, mendengar hal itu, ibuku sangat bingung dan bertanya kenapa aku menangis . “ Mom, sepedaku hilang “jawabku dengan menangis di dekat pintu ruang tamu. Mendengar jawabku, ibuku pun membantuku mencari sepedaku yang hilang. Semua rumah temanku ibuku datangi dan menanyakan apakah ada yang melihat sepedaku. Namun tetap saja, tak seorang pun yang mengetahuinya.
Akhirnya akupun pasrah kepada sepedaku yang hilang. Hari dimana aku seharusnya merasakan penuh kebahagian kini penuh dengan kesedihan. “ Oh Tuhan tolong temukan sepedaku, itu adalah sepeda kesayanganku “. “ aku mohon…. “ Hatiku sangat galau, dan sedih… Ingin rasanya aku terbang dan mencari dimana sepedaku berada… Aku sangat benar benar  Frustasi.
Di sore hari, aku berangkat lagi ke sekolah, untuk mengikuti kegiatan pramuka. Biasanya saat pramuka, aku sangat bersemangat dan sangat senang, tapi kali ini hanya muka yang cemberut yang kupunya.
Melihat hal itu membuat temanku “ Anggun “ bingung. Dia lalu bertanya, “ hai bro what’s up ? kenapa cemberut begitu ? “ dengan malas aku menjawab, “ sepedaku hilang “ Mendengar hal itu, Anggun pun juga kaget. Setelah itu, Dia berusaha menghiburku dan juga menyemagatiku, dia memang teman yang baik.
Bel istirahat pun berbunyi dan aku diajak Anggun untuk pergi ke kantin, dengan malas aku pun mengikutinya. Sesampainya di kantin, betapa terkejutnya aku mmendapati sepedaku ada disana. Dengan cepat aku menghampri sepedaku. Aku pun bertanya kepada penjaga kantin “ Bu Yath “ , “ I’m sorry Mrs. Yath , kenapa sepedaku ada disini ? “
“ aku sudah mencarinya kemana mana , aku kira sepedaku telah hilang“. Bu Yath pun menjawab, “ Tadi aku lihat sepedamu sendirian di tempat parkir, sepeda lain sudah tidak ada, karena takut sepedamu nanti hilang aku menaruhnya disini “. Mendengar hal itu aku pun berterima kasih kepada Bu Yath karena Dia ,sepedaku tidak jadi hilang. Terima kasih Tuhan, kau kabulkan doaku, sepeda kesayanganku “ Blue “ akhirnya tidak jadi hilang. Terimakasih juga atas hari yang menyenangkan ini, walaupun tangisan dan kesedihan sempat menyelimuti senyumku, tapi semuanya telah hilang terobati. Sekali lagi terima kasih, semoga esok hari akan selalu begini dan akan bertambah baik lagi …… :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar