Pages

Jumat, 03 Juli 2015

KERAJAAN SRIWIJAYA



KERAJAAN SRIWIJAYA



Kerajaan Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya) adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang".

Kerjaan Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Kerjaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad VII – XII Masehi

a.       Kondisi Geografis

Kerajaan Sriwijaya terletak di tepi Sungai Musi, atau sekitar Bukit Siguntang dan Kota Palembang, Sumatra Selatan. Sungai Musi merupakan Sungai terpanjang di Sumatra Selatan. Sungai yang memiliki panjang 750 km ini membelah Kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu Seberang Hilir dan Sebrang Hulu.

Sungai Musi dimanfaatkan untuk irigasi, perikanan, dan sebagai sarana Transportasi utama bagai masyarakat Sriwijaya.

b.      Kondisi Politik dan Pemerintahan

Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke -7, pada abad ini, Sriwijaya melakukan perluasan wilayah. Yaitu pada masa pemerintahan Dapunta Hyang Sri Jayanasa ( 671 – 702 ). Perluasan wilayah kekuasaan sampai Jambi, dengan menaklukan daerah Manangatamwan, yang sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Melayu.

Pada tahun 686, Sriwijaya berusaha menguasai bagian Selatan Sumatra, Pulau Bangka, dan Belitung, Jambi serta Lampung.

Pada masa Pemerintahan Balaputradewa ( 856 – 861 ), Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya. Kerajaaan Sriwijaya menjadiKerajaan Maritim terbesar, di Asia Tenggara. Sriwijaya berhasil menguasai jalur – jalur pedagangan laut, yang menghubungkan wilayah Timur Tengah – India- Cina. Selain itu menjadi pusat perdagangan dan pengajaran agama budha di Asia Tenggara.

Kemunduran Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh, faktor – factor berikut :

a.       Terjadi perubahan keadaan Alam disekitar Palembang.

b.      Letak Palembang yang semakin jauh dari laut, sehingga daerah kurang strategis sebagai pusat perdagangan.

c.       Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri, disebabkan karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit

d.      Adanya serangan militer atas Sriwijaya



c.       Keadaan Ekonomi

Kerajaan Sriwijaya berkembang sebagai kerajaan Maritim dimana Kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut. Letak Sriwijaya yang strategis yaitu ditepi sungai Musi dekat pantai, dan terletak dipersimpangan jalan peradagangan internasional antara India dan Cina memungkinkan perdagangan menjadi cepat berkembang.

Selain itu Sriwijaya juga melakukan kegiatan ekspor,seperti mengirmkan berbagai macam hasil alam dari Sriwijaya ke Arab, Cina, dll. Hal ini membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi maju dan besar.

Faktor – faktor yang mendorong Sriwijaya berkembang sebagai kerajaan Maritim terbesar :

1.      Memiliki letak strategis di jalur perdagangan internasional

2.      Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melali Asia Tenggara

3.      Keruntuhan kerajaan Funan di Indo-Cina

4.      Kemampuan angkatan laut Sriwijaya yang tangguh.

d.      Keadaan Agama

Agama Budha yang berkembang di Sriwijaya adalah aliran Mahayana.

Pada masa itu, terdapat tujuh cendekiawan agama Budha, yaitu salah salah satunya adalah Sakyakirti, Wajraboddhi, dan Dharmakirti.

e.       Kondisi Sosial Budaya

Sriwijaya mempunyai masyarakat yang kompleks, kehidupannya sangat dipengaruhi alam pikir ajaran Budha Mahayana. Hubungan antara Raja dan rakyatnya berlangsung harmonis.Bahasa yang digunakan saat itu adalah Melayu.

f.         Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

1.      Prasasti Ligor



Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.

2.      Prasasti Palas Pasemah






Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi. Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.



3.      Prasasti Leiden

  Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.

Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India.



4.      Prasasti Kota Kapur








Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dinamakan menurut tempat penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur". Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.

Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hiyaŋ, seorang penguasa dari Kadātuan Śrīwijaya.



5.      Prasasti Kedukan Bukit






Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia

Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah. 



6.      Prasasti Hujung Langit






Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuna. Tulisan pada prasasti ini sudah sangat aus, namun masih teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi. 

Isi prasasti diperkirakan merupakan pemberian tanah sima.



7.      Prasasti Telaga Batu










Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

 Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.



8.      Prasasti Karang Birahi














Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.



9.      Prasasti Nalada



Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.



10.  Arca Maitreya














11.   Candi Muaratakus








12.  Candi Sewu



3 komentar:

  1. Kerajaan sriwijaya sedari awal memang sudah berada dipalembang jauh sebelum peristiwa sidhayatra jaya sriwijaya 683M, sebagaimana dalam prasasti kedukan bukit itu.
    fakta sejarah yang berdasarkan keterangan itsing tahun 671 itsing sudah berada di kerajaan sriwijaya dengan sebutan she-le-foshih. dengan ibukota foshih yang terletak di sungai fishih.
    setelah 6 bulan tinggal di kota foshih, itsing melanjutkan pelayaranya ke melayu
    setelah 15hari berlayar dari shelifoshih itsing tiba di kerajaan melayu.tahun 683 sriwijaya melakukan perluwasan wilayah dibawah pimpinan raja sriwijaya dapuntahyang sri jaya nasa sriwijaya menaklukan minangatamwan. dalam prasasti kedukan bukit yang nanti akan kita bahas panjang lebar tahun 683 minangatamwan takluk oleh sriwijaya. tahun 683M itu bukanlah pendirian sriwijaya sebab 670M sriwijaya sudah berdiri. dan bukan pula 683 itu pemindahan ibukota dari minangatamwan ke sriwijaya sebab tahun 670 ibu kota sriwijaya sudah berada di foshih/ kota jaya/ kota wijaya atau kota mushi. sungai fosih itu jelas sungai mushi.pendapat yang mengatakan thn683 M adalah pendirian kerajaan sriwijaya atau pemindahan ibukota sriwijaya jelas hal itu sangat bertentangan dengan fakta sejarah yang ada bersumber dari keterangan itsing tsb.
    kalau saya pribadi saya setuju dengan pendapat jg codes dan slamet mulyana yang mengatakan sriwijaya selamanya berada di palembang. tahun 683 itu adalah penaklukan sriwijaya atas negri minangatamwan.memang sejak itu minangatamwan takpernah terdengar lagi hilang lenyab bak di telan bumi. tapi sriwijaya semakin malang melintang dan bersinar dalam sejarah.
    asal usul dapuntahyang srijaya nasa raja sriwijaya yang menaklukan minangatamwan berdasarkan prasasti yang memuat silsilah leluhur beliau belum temukan. tapi berdasarkan bahasa yang di pakai dapuntahyang sri jaya nasa dalam membuat prasasti baik yang ada di sumatra dan jawa dapatlah disimpulkan darimana asal usul dapuntahyang sri jaya nada ini.dari bahasa prasasti sriwijaya itu menggunakan bahasa sanskerta india bahasa melayu palembang dan bahasa sunda. dari situ dapat disimpulkan dapuntahyang berasal dari keturunan india bercampur melayu palembang dan sunda. paling tidak agama dapunta berasal dari agama india / budah pada saat pembuatan prasasti. tapi dapunta bukanlah orang india asli yang datang dari infia langsung, sebab dapunta hyang juga memakai bahasa melayu palembang dan sedikit bahasa sunda.tentang kosakata melayu palembang /bahasa palembang lama dalam prasasti sriwijaya nanti akan kita bahas pula panjang lebar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. O begitu ya, terima kasih atas tambahan materinya
      btw, yang saya post itu saya kumpulkan dari buku dan guru saya yang ajarkan di sekolah :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus